21 March 2012

m-Learning: Menjangkau yang Tidak Terjangkau *)

Oleh : DONNY SYOFYAN




(Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

Harga BBM bisa dikatakan bakal segera naik. Di te­ngah menyusutnya cadangan energi fosil dan meningkatnya harga biaya minyak di dunia, kenaikan harga bahan bakar fosil ini perlu ditangani secara lebih cerdas oleh pemerintah. Berbagai demonstrasi yang telah dan akan diadakan untuk menentang rencana pemerintah tersebut sah-sah saja selama dilakukan dengan cara-cara yang dama
.
Perlu dipastikan bahwa kenaikan harga bahan bakar bukan tanpa konsekuensi. Masyarakat miskin dan khalayak ramai mesti men­dapat­kan jaminan untuk menikmati manfaat sebanyak mungkin pengalihat dana subsidi BBM tanpa kecuali. Pendidikan merupakan salah satu sektor paling mendesak yang membutuhkan prioritas dari penarikan dana subsidi BBM. Meskipun pemerintah telah memutuskan untuk menggunakan 20 persen dari APBN untuk pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UUD, dana tambahan yang diperoleh dari penarikan subsidi BBM perlu bergerak ke arah yang benar. Dana tersebut dapat digunakan untuk menjangkau siswa atau peserta didik yang tidak terjangkau di daerah pedesaan atau pedalaman.

Saya berpikir bahwa m-Learning (mobile Learning) menjadi sebuah terobosan dalam pemerataan pendidikan di negeri ini. Boleh jadi banyak pihak yang meragukan usulan tersebut karena dianggap sia-sia dan sekadar canda. Para penentang usulan ini bisa berdalih bahwa banyak anak-anak di daerah pedesaan yang tidak melek TI, tidak memiliki akses ke Internet—sekalipun ke email, infrastruktur tele­komunikasi di daerah pedesaan atau pedalaman yang nyaris tidak ada, atau jarak kantor pos terdekat yang mencapai 30-50 km.

Sebenarnya, m-Learning patut diuji dan dilaksanakan karena siswa-siswa di pe­desaan dan pedalaman sudah memiliki telepon selular alias hp. Penggunaan sms massal (layanan pesan singkat) ber­basis program pendidikan paperless jauh lebih efektif dibandingkan dengan bahan studi yang dikirim via pos kepada siswa-siswa tersebut. Para siswa kerap enggan mengunjungi kantor pos yang bagi kebanyakan mereka masih relative jauh sehingga ini kerap menyebabkan banyaknya pengembalian paket. Bayangkan! Kesuksesan m-Learning ini akan berdampak terjadinya penurunan yang signifikan paket-paket yang terpaksa dikembalikan maupun meningkatnya biaya pengembalian tersebut.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa biaya percetakan dan layanan pos untuk mendistribusikan paket-paket pendidikan informasi kepada siswa ternyata lebih dari 20 kali dibandinkan biaya layanan SMS. Ketika layanan SMS memberikan informasi secara cepat dan JIT (just-in-time), informasi yang dikirim via pos bias saja sampai di tangan para siswa antara 3 sampai 18 hari, tergantung pada keterpencilan wilayah tempat tinggal untuk mencapai semua siswa (Syofyan: 2011).

M-Learning melalui layanan SMS dapat diterapkan dalam beberapa kategori, seperti pesan instruksional akademik melalui SMS massal secara reguler; IVR (interac­tive voice response) sistem ‘FAQ’ (siswa dapat menelepon mengajukan sejumlah pertanyaan yang paling sering muncul [FAQ] dan mendapatkan jawaban dari sistem yang telah diprogram; kuis via SMS, di mana pertanyaan pilihan ganda plus  pilihan jawaban yang sederhana dikirimkan ke siswa melalui SMS. Jawaban dan umpan balik diberikan pada setiap kuis; dan sistem tanya jawab via SMS, yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengajukan pertanyaan melalui SMS tentang topik yang telah dipilih sebelumnya dan kemudian mereka akan mendapat jawaban secara otomatis lewat sistem.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kemen­terian Komunikasi dan Informasi bisa bekerja sama untuk melaksanakan pekerjaan yang signifikan tersebut lewat program m-Learning. Penggunaan pusat internet secara mobile yang diprakarsai oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi, seperti van internet, guna menyediakan akses internet gratis bagi orang yang hidup di daerah terpencil sangat berperan dalam mengembangkan program m-Learning.

Selain daripada itu, kolaborasi ini akan mengintegrasikan m-Learning dengan program e-Learning di lingkungan yang sudah mapan. Mengenai hal ini, program-program seperti tutorial secara mobile, mobile blogging, m-Assessment (penilaian secara elektronik pada perangkat mobile), dan pembelajaran kolaboratif atau kelompok diskusi dapat bekerja jauh lebih efisien.

Ada optimisme yang terus berkembang bahwa m-Lear­ning akan membawa e-Learning bagi masyarakat pedesaan Indonesia, terutama para peserta didik, pada tingkatan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya sebagai pelajar e-Learning. M-Learning adalah pintu gerbang menuju e-Learning bagi kebanyakan pelajar di negeri ini seiring dengan infrastruktur nirkabel yang kian berkembang pesat dalam memenuhi kebutuhan terhadap akses informasi. Indonesia sebetulnya tengah mengalami lompatan pembangunan dari ketiadaan infrastruktur nirkabel menuju lingkungan e-Learning dengan infrastruktur nirkabel.

Penting untuk dicatat bahwa harus ada pergeseran paradigma dalam pendekatan pemanfaatan teknologi m-Learning dari konten ke menuju pendekatan navigasi. Pemerintah dan pendidik sudah saatnya meninggalkan pendekatan pendidikan ber­basiskan penyediaan konten semata untuk pelajar. Kita harus fokus pada bagaimana memberdayakan peserta didik agar mampu menemukan, mengidentifikasi, dan mengevaluasi pengetahuan yang ada, untuk mengintegrasikan pengetahuan ini di dunia kerja dan kehidupan mereka, untuk memecahkan masalah dan untuk mengkomunikasikan pengetahuan ini kepada orang lain. Guru dan pendidik harus menjadi sumber bagaimana bernavigasi di lautan informasi dan pengetahuan yang ada. Mereka harus menjadi pelatih dalam ekonomi pengetahuan.

Brown (2005) menegaskan bahwa kemelekan sejati masa depan akan lebih berkaitan dengan kemampuan untuk menjadi diri sendiri, referensi perpustakaan pribadi yang tahu bagaimana untuk menavigasi melalui ruang infor­masi yang kompleks dan merasa nyaman melakukan hal itu. Oleh karena itu, pendekatan navigasi mewujud sebagai bentuk baru literasi pengetahuan, kalaupun bukan bentuk utama, pada abad ke-21 ini. Untuk itu, pemerintah, guru, atau pendidik harus secara kreatif melakukan terobosan yang belum pernah terpikirkan dan mengambil lompatan berani menuju na­viga­sionisme. Pendidikan yang sejati adalah upaya terus-menerus untuk menjangkau yang tak terjangkau, semisal lewat mobile learning ini. [Sumber : http://www.harianhaluan.com]

*) Pemenang III LOMBA KARYA JURNALISTIK FEATURE DALAM RANGKA HARDIKNAS 2012

Catatan : Dapatkan konten m-Learning [KLIK DISINI]

Baca juga artikel/informasi berikut :


1 comment:

  1. -------------------
    اَلسَّلاَ مُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَاتُهُ
    ---------------------------------

    Tulisan DONNY SYOFYAN di atas sangat bagus untuk di baca terutama oleh para pendidik.
    Yang perlu kita pahami adalah;
    Pertama, di samping m-Learning ada pula istilah e-learning. Kedua konsep itu ada persamaan dan ada perbedaan.

    Kedua, m-Learning merupakan konsep yang lebih luas, apa saja bentuk sumber belajar yang dapat kita bawa /pindahkan dengan mudah kemana dan kapan saja serta praktis untuk kepentingan belajar. kedalam konsep m-Learning dapat saja dimasukan berupa buku, radio televisi, model-model. Jangan lupa gurupun masuk kedalamnya.

    Ketiga, dewasa ini karena kemajuan TI, m-Learning dapat diperkaya dengan e-learning. sebagaimana yang kita ketahui bahwa e-learning ini berbasis internet/ sistem jaringan nir-kabele, memang perkembangannya semakin hari semakin diluar dugaan.

    Keempat, dengan demikian "konsep" m-Learning dasarnya sudah lama mungkin bisa dibilang sudah kuno, namun kita mungkin mengenal "istilah" m-Learning memang baru.

    Kelima, dewasa ini pemerintah sudah banyak bergerak dibidang TI dan menggarap apa yang sisebut dengan istilah " m-Learning ".....berbagai situs atau website telah dibuat, berbagai jurnal online telah terbit. Berbagai data dan informasi telah dipajang diinternet.

    Keenam, ide DONNY SYOFYAN ini sangat bagus,tapi terlambat. Namun ada suatu hal yang sangat berbahaya yakni;...." Pemerintah dan pendidik sudah saatnya meninggalkan pendekatan pendidikan ber­basiskan penyediaan konten semata untuk pelajar"...

    Ingat pendidikan itu bukan hanya di sekolah saja, bukan di jakarta saja, bukan hanya orang kaya saja serta kontennya bukan sebatas audio-visual saja.
    Dimana saja kita belajar harus dengan banyak sumber, karena banyaknya apa yang akan kita pelajari tentu sumbernya juga tidak terhingga dan perlu selalu diperkaya. Makanya yang cocok untuk ini adalah "alam takambang jadi guru"....

    Semoha bermanfaat, Wassalam

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Scholarship Information :

Posting Terkini di e-Newsletter Disdik :

Arsitektur today :