04 February 2014

Panduan Bikin Foto Panorama 360 Derajat (Equirectangular)

Sudah tahu kan foto panorama 360 derajat? Kalau belum tahu, itu tuh foto yang bisa dilihat atas, bawah, kiri, kanan, depan, belakang lengkap alias kelihatan seperti apa yang fotografer lihat. Sebenarnya foto 360 itu ada banyak formatnya, salah satunya yang akan saya bahas adalah format Equirectangular atau foto tampilan 360° x 180° populer juga dengan nama full spherical panorama, juga VR Photo (Virtual Reality Photography). Kalau pernah lihat street view di Google Earth atau Google Maps, seperti itulah foto equirectangular.

Kalau ingin lebih jelas, coba klik foto berikut ini:

http://www.360cities.net/image/glowing-railway-kalisat-jember-indonesia
Gbr. 1 Glowing Railway - Kalisat, Jember)

Foto di atas dibuat dari gabungan 29 gambar yang disatukan. Foto 360 derajat ini bisa digeser-geser, sesuai keinginan kita. Di zoom out dan zoom in pun bisa. Obyek gambar pun bisa bermacam-macam, bisa indoor atau outdoor. Sebelum mulai ke cara pembuatannya, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang peralatan yang dibutuhkan.

Kamera

Pada dasarnya semua jenis kamera bisa digunakan untuk membuat foto 360° ini, baik kamera handphone atau kamera digital dan DSLR. Tapi paling umum (dan paling gampang) adalah menggunakan kamera digital dan DSLR. Untuk kamera digital dan DSLR, semakin besar sensornya maka semakin gampang proses pembuatannya dan bagus hasilnya.

Lensa

 

 

Sekali lagi, lensa apapun bisa digunakan. Namun alangkah baiknya jika lensa yang digunakan adalah yang focal length-nya kecil. Lensa kit DSLR pada umumnya menggunakan 18-55 mm. Kalau DSLR yang digunakan selain full-frame, maka kita perlu tahu standar 35mm-nya, karena ada yang namanya crop factor. DSLR dengan sensor APS-C misalnya, crop factornya adalah 1,6. So ketika menggunakan lensa 18mm, maka focal length equivalennya adalah 1,6 x 18 = 28,8mm. Jadi, lensa 18 mm pada 60D atau 550D, field of view-nya sama dengan focal length 29 mm pada 5D atau 6D.

Peralatan

Peralatan lain yang dibutuhkan adalah panohead dan tripod. Panohead adalah alat sebagai dudukan/pangkon kamera agar ketika mengambil gambar 360° tidak terjadi parallax. Apa itu parallax? Parallax adalah perbedaan perspektif gambar yang terekam kamera karena posisi pupil lensa kamera yang berubah. Parallax mengakibakan gambar sulit (atau bahkan gagal) untuk disatukan. Panohead ini lumayan mahal harganya dan jarang yang jual di Indonesia. Saya pernah tahu sebuah website luar negeri yang menjual paling murah $100. Jangan khawatir, bisa bikin sendiri kok.

Gbr 2. Panohead
 Selain menggunakan panohead, bisa juga menggunakan seutas benang dan pemberat. Metode ini disebut teknik philopod; dimana benang yang berpemberat diikatkan pada body lensa, tepat di daerah entrance pupil lensa. Pemberat atau pendulum inilah yang digunakan sebagai patokan dalam mengambil gambar 360°.

Software

Ketika serangkaian gambar sudah diambil, maka harus disatukan menjadi sebuah gambar utuh. Maka dari itu dibutuhkan software khusus untuk menyatukan potongan-potongan gambar tersebut. Software yang paling mudah digunakan adalah PTGui. Sayangnya PTGui ini tidak gratis. Tapi jangan khawatir, banyak software sejenis yang gratis, meskipun tentu saja tidak sebagus yang berbayar, misalnya Hugin.

Selain software untuk menyatukan gambar-gambar yang sudah kita ambil, kita juga perlu software khusus untuk melihatnya di komputer. Nah, kalo ini banyak yang gratisan. Favorit saya adalah FSPViewer.

Selanjutnya, kalau peralatan perang di atas sudah ada, kita bisa mulai membuat foto panorama 360°. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Menghitung field of view

Karena foto 360° dibuat dari potongan-potongan gambar yang disatukan, maka kita harus tahu dulu berapa banyak gambar yang harus kita ambil menggunakan kamera dan lensa yang kita punya. Semakin besar sensor dan semakin kecil mm lensa, maka semakin sedikit gambar yang kita butuhkan. Gambar paling atas saya ambil menggunakan Canon Powershot SX40 (24mm equivalent) dan membutuhkan 29 gambar. Kalau Anda pakai kamera full frame seperti Canon 5D, 1DX, Nikon D800, D600, D4 dll dan menggunakan lens kit 18 mm, maka jumlah gambar yang dibutuhkan lebih sedikit, yaitu 14-16 gambar.

Yang paling "maut" adalah jika Anda memakai kamera full-frame dipadu dengan lensa fish-eye 8mm, maka gambar yang anda perlukan hanya 4 buah saja. Kenapa begitu? karena setiap paduan lensa dan kamera akan menghasilkan fov yang berbeda.

Untuk melakukan penghitungan fov ini, ada kalkulator khusus, klik di sini. Kalkulator tersebut sejatinya hanya untuk menghitung untuk foto panorama biasa (bukan equirectangular) tapi cukup nyaman untuk menghitung fov dan jumlah foto yang dibutuhkan untuk membuat foto equirectangular.

2. Mencari no-parallax point

No-parallax point dikenal juga dengan entrance pupil, meskipun banyak sekali yang salah kaprah menyebutnya dengan nodal point. No-parallax point ini sangat penting untuk pengambilan foto 360 derajat, agar tidak terjadi perbedaan perspektif antara gambar satu dan lainnya. Setiap lensa dan kamera memiliki no-parallax point yang berbeda-beda. Tabel entrance pupil ini bisa dilihat di sini.

Kalau ternyata dalam database di atas lensa/kamera Anda tidak ditemukan, maka Anda bisa menggunakan metode seperti di video berikut ini:



3. Mengambil gambar

Saya asumsikan Anda sudah menemukan nodal point dan akan menggunakan teknik philopod (murah meriah   :D) Teknik philopod ini cocok jika Anda ingin membuat foto equirectangular di daerah yang lapang dan luas seperti outdoor atau dalam bangunan yang besar. Jika ingin mengambil gambar di ruang yang sempit atau dekat dengan obyek tertentu, maka sebaiknya menggunakan panohead karena lebih stabil.

Pertama kali yang harus diketahui, untuk mengambil gambar untuk panorama 360 ini adalah setting kamera anda harus full manual. Shutter, diafragma (bukaan lensa), ISO dan white balance harus diset manual. Bahkan terkadang Anda harus menggunakan manual focus demi menjaga kualitas gambar. Kenapa harus manual? Karena kalau diset Auto atau Program mode atau lainnya maka kamera akan menyesuaikan eksposur setiap bidikan. Akibatnya hasil akhir foto panorama Anda akan blonteng2.

Adapun cara pengambilan gambarnya, lihat video berikut ini.



Jika kamera Anda adalah DSLR dengan sensor APS-C seperti Canon 60D, 550D, 7D, 1100D, Nikon D3100, D7000, D5200, dll (APS-C Canon dan Nikon beda dikit) dan menggunakan 18-55mm lensa kit, maka Anda butuh minimal 32 gambar. Dengan 32 gambar, maka overlap horizontalnya adalah 19%, sudah cukup untuk melakukan stitch. 32 gambar tersebut perinciannya sebagai berikut: 10 lurus horizon, 10 agak mendongak, 10 agak menunduk, 1 tegak ke atas dan 1 tegak ke bawah. Bidikan tegak ke atas dan tegak ke bawah adalah untuk mengambil zenith dan nadir. Zenith adalah titik di atas ubun-ubun, Nadir adalah titik bawah lensa.



4. Menggabung gambar

Selanjutnya adalah menggabung gambar (stitching) di komputer menggunakan software PTGui atau Hugin. Cara penggunaannya gampang, tinggal klik-klik saja. Jika Anda sudah biasa dengan macam-macam software editing foto, saya rasa tidak akan kesulitan menggunakannya. Saya biasa menggunakan PTGui dan belum pernah sekalipun menggunakan Hugin. Jika gambar-gambar Anda sangat bagus (bagus secara teknis) maka PTGui bisa melakukan stitching secara otomatis, dengan minim bantuan Anda. Tapi jika tidak begitu bagus, Anda terkadang perlu melakukan masking untuk menyembunyikan obyek-obyek tertentu seperti pemberat benang, kaki, tripod dsb.

Di sinilah pentingnya jika gambar yang diperlukan tidak terlalu banyak. Semakin banyak gambar, maka potensi eror semakin besar dan post processing semakin lama. Sebaliknya jika gambar yang dibutuhkan sedikit, kerja komputer lebih enteng.

Gambar akhir yang dihasilkan untuk sebuah foto equirectangular memiliki rasio 2:1. Artinya jika lebar 10.000 piksel, maka tinggi harus 5000 piksel. Standar yang cukup adalah 8000 x 4000 atau 6000 x 3000.

5. Menampilkan foto panorama equirectangular

Untuk menampilkan foto 360 derajat ini Anda akan butuh viewer khusus. Saya biasa menggunakan viewer gratisan yaitu FSPViewer. Download di sini.

6. Mengupload gambar ke 360cities.net

Sayang sekali jika foto 360 derajat hasil jerih payah Anda disimpan sendiri dan tidak dibagikan ke publik. Maka dari itu Anda bisa menguploadnya ke 360cities.net. Gambar yang diupload ke 360cities harus direview dulu apakah pantas dipublikasikan atau tidak. Jika gambar tersebut secara teknis sudah memenuhi syarat, maka bisa dipublikasikan. Selanjutnya, semua gambar yang dipublikasikan akan dapat kesempatan untuk ditampilkan juga di Google Earth. Proses review di 360Cities memang agak lama untuk anggota gratis, tapi sekali di-approve, sensasinya luar biasa :D

Berikut adalah beberapa Foto Panorama 360 Derajat yang sudah tampil di 360Cities dan Google Earth, klik tautan berikut :

[1] Halaman Masjid Al-Baitul Amin, Jember
[2] Segitiga dekat Alun-alun Jember
[3] Masjid Agung Baitul Mukminin, Jombang 
[4] Website  http://panorama.its.ac.id/
[5] Website : http://www.pano.ie/

Referensi bacaan lebih lanjut:
http://wiki.panotools.org
http://help.360cities.net/taking-panoramic-pictures/how-to-get-started

[Sumber : http://artikelkondang.blogspot.com/] 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Scholarship Information :

Posting Terkini di e-Newsletter Disdik :

Arsitektur today :