Oleh : Benni Indo
Wisuda, impian setiap mahasiswa yang kuliah. Sebagian dari mereka beranggapan wisuda adalah pencapaian tertinggi yang tidak bisa ditawar oleh apapun dan berapa pun nilainya. Bisa saya katakan seperti itu karena hingga saat ini saya belum pernah menemukan ada mahasiswa bersedia tidak lulus sekalipun diberi uang dengan jumlah banyak.
Dan, begitu prosesi wisuda berlangsung, tawa merekah di setiap wajah calon mantan mahasiswa itu terlihat. Para sanak keluarga datang ikut menyaksikan pengukuhan wisuda. Tapi, ada sebuah kesalahan yang biasa dipilih oleh para lulusan (baca: mantan mahasiswa) setelah wisuda.
Wisuda, impian setiap mahasiswa yang kuliah. Sebagian dari mereka beranggapan wisuda adalah pencapaian tertinggi yang tidak bisa ditawar oleh apapun dan berapa pun nilainya. Bisa saya katakan seperti itu karena hingga saat ini saya belum pernah menemukan ada mahasiswa bersedia tidak lulus sekalipun diberi uang dengan jumlah banyak.
Dan, begitu prosesi wisuda berlangsung, tawa merekah di setiap wajah calon mantan mahasiswa itu terlihat. Para sanak keluarga datang ikut menyaksikan pengukuhan wisuda. Tapi, ada sebuah kesalahan yang biasa dipilih oleh para lulusan (baca: mantan mahasiswa) setelah wisuda.
"Apakah kesalahan itu? Kesalahan itu ialah mencari kerja!"
Apakah di antara kalian ada yang bertanya-tanya apa salahnya mencari kerja? Ya, mencari kerja itu ialah kesalahan. Bisa saya katakan seperti itu karena kerja adalah tekanan. Ketika mantan mahasiswa itu memutuskan untuk mencari pekerjaan, di situlah ia memutuskan bersedia menjadi ‘mesin’ yang aktivitasnya berada di bawah tekanan.
Berbagi dari pengalaman hidup, teman saya, sebut saja Batang, yang telah menjadi mantan mahasiswa tersiar kabar mendapat pekerjaan setelah wisuda. Ia begitu bahagia memperoleh pekerjaan. Semua teman yang ia temui selalu diperdengarkan tentang pekerjaannya dengan tawa yang mengiringi. Ya, tawa yang ceria. Senang bisa melihat dia tertawa, karena beberapa bulan sebelumnya, ia sering merengut mengadu akibat skripsi yang tak kunjung ‘direstui’ dosen.
Belum sampai di situ saja, ia bekerja di sebuah perusahaan dengan upah yang sangat tinggi. Terbayangkan kenapa dia tersenyum begitu bahagia? Tapi, eits…! tunggu dulu! Dapat pekerjaan dan digaji tinggi? Apakah itu kebahagiaan?