Kecerdasan buatan atau artificial intelegence (AI) menjadi salah satu bukti kecanggihan teknologi saat ini. Apalagi, sebuah AI memiliki kemampuan belajar selayaknya manusia. Namun siapa sangka, AI ternyata juga bersikap rasis seperti halnya yang biasa dilakukan oleh manusia. Hal tersebut terungkap dalam sebuah penelitian tenaga akademik Universitas Princeton.
Mereka menggunakan algoritme GloVe yang selanjutnya ditraining dengan menggunakan sebanyak 840 miliar kata yang biasa digunakan di internet. Hal ini dilakukan sebagai sarana untuk mengetahui pola perilaku sebuah AI dengan cara meniru tindak tanduk manusia di dunia maya. Hasilnya, AI tersebut ternyata bisa pula memiliki kecenderungan bersikap rasis ataupun seksis. Hal ini menurut para peneliti, cukup masuk akal. Apalagi, data yang dipakai pembelajaran merupakan data dari manusia. Setiap manusia memiliki kecenderungan sikap masing-masing. Hal tersebut pun juga turut dipelajari oleh sebuah AI. Hal ini pun mematahkan anggapan bahwa mesin bisa bertindak adil dan tidak rasis.
Dalam pola pembelajaran tersebut, terlihat kalau AI mempertimbangkan masalah gender serta ras dari seseorang. Salah satu bukti perilaku tersebut adalah pada saat memunculkan kata ‘rose’ yang kerap diasosiasikan oleh AI dengan ‘love’. Selanjutnya, kata ‘male’ kerap diasosiasikan dengan ‘engineer’. Sebaliknya, ‘engineer’ dianggap tidak memiliki hubungan dengan ‘woman’. Hal ini juga berbeda saat mengasosiasikan nama orang-orang kulit putih dan orang kulit hitam. Hasilnya, asosiasi nama orang kulit putih cenderung lebih positif dibandingkan nama orang kulit hitam. Semua hal tersebut, dipelajari oleh sebuah AI dari kata-kata manusia yang ada si berbagai penjuru dunia.
{ Sumber : www.beritateknologi.com ]