Di dunia media sosial, jumlah "like" merupakan parameter penting yang diburu oleh para vendor untuk mengiklankan barang dagangan masing-masing.
Oleh karena itu, muncul pula cara tak jujur mengumpulkan jempol lewat penyedia jasa like palsu yang bukan berasal dari pengguna sungguhan. Para pelakunya memanfaatkan fenomena pengejaran like ini dan bisa memberikan like artifisial.
Vendor membayar uang ke penyedia like palsu, lalu memperoleh sejumlah like sesuai dengan kesepakatan. Seperti apa cara kerja para pemberi like palsu? Sebuah video yang beredar di internet belakangan ini memperlihatkan jawabannya.
Video tersebut direkam oleh seseorang dari Rusia yang mengunjungi tempat berjuluk "click farm" di China. Di sinilah "pabrik" tempat dibuatnya berbagai like, rating, atau ranking palsu untuk aneka aplikasi mobile dan posting di media sosial.
Rekaman video memperlihatkan sebuah ruangan yang penuh berisi ponsel. Perangkat-perangkat tersebut disusun di rak-rak khusus dan tersambung ke kabel, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Daily Mail, Senin (22/5/2017).
Ada beberapa orang yang duduk di depan komputer dan tampaknya tidak menjalankan ponsel-ponsel secara manual. Kemungkinan perangkat-perangkat itu berjalan otomatis untuk memberikan like.
Sang pembuat video mengklaim bahwa click farm di China itu mengoperasikan lebih dari 10.000 smartphone. Para penyedia jasa like palsu semacam ini banyak terdapat di wilayah Rusia dan China dengan pelanggan internasional.
Di sisi lain, para pengelola media sosial belakangan mengambil sikap lebih keras terhadap para pemberi like artifisial. Instagram, misalnya, beberapa waktu lalu memaksa penutupan Instagress yang menawarkan komentar dan like otomatis dengan bot.
[ Sumber : http://tekno.kompas.com/ ]
No comments:
Post a Comment