Oleh : M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)
“Barang siapa mengenal dirinya, niscaya ia akan mengenal Tuhannya”. Falsafah Timur Tengah ini mengajarkan kepada kita, bahwa Tuhan adalah tujuan semua makluk, entah ia binatang, jin, gondoruwo, wewe gombel, MANUSIA, malaikat, dan sebagainya. Bagi makluk yang beriman (percaya), semua ingin mendapat ridha-Nya.
Dalam konteks kehidupan bernegara, kenal diri dimaknai sebagai kenal akan geopolitik negeri baik sisi potensi, ancaman, peluang, kekuatan, dsb dari berbagai elemen astagatra yang meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hankam dan [posisi]geografi, demograf serta aspek SDA. Sun Tzu menyebut, “Kenali dirimu, kenali lawanmu, kau akan memenangkan banyak pertempuran.” Inilah prolog catatan tak ilmiah ini.
Mencermati data potensi Indonesia secara geopolitik baik dari aspek atau elemen politik, ekonomi, SDA, (posisi) geografi, pariwisata, dll sebagaimana diurai di atas — dalam perspektif kolonialisme, maka Indonesia dianggap zona yang mutlak harus aman bahkan wajib steril dari serbuan militer (hard power) negara-negara manapun, kenapa?