25 November 2019

Keterampilan dan talenta adalah kunci masa depan digital Indonesia

Oleh : Randy Jusuf, Managing Director, Google Indonesia


Randy Jusuf, Managing Director Google Indonesia, membuka gelaran Google for Indonesia tahun keempat di Jakarta

Mulai dari membuat visi tentang “era keemasan” baru yang diberdayakan oleh kekuatan digital, hingga memilih CEO perusahaan teknologi untuk duduk di kabinet pemerintahannya, pesan Presiden Joko Widodo sangat jelas: teknologi adalah kunci penentu kemajuan bangsa Indonesia di abad ke-21.

Indonesia punya potensi luar biasa untuk menjadi sebuah kekuatan digital dalam skala global, yang bahkan mungkin dapat menyaingi negara-negara seperti China, India, dan Jepang. Berdasarkan laporan terbaru bertajuk “eConomy Southeast Asia” oleh Google, Temasek, dan Bain & Company yang dirilis bulan lalu, Indonesia terus menjadi kekuatan perekonomian internet dengan pertumbuhan terbesar dan tercepat di kawasan Asia Tenggara, yakni dengan nilai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar US$40 miliar dan akan terus tumbuh menjadi US$130 miliar pada tahun 2025.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara memanfaatkan pertumbuhan itu agar tak hanya dinikmati oleh segelintir kalangan saja, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk semakin memajukan semua orang Indonesia?

Ketika saya bekerja di luar negeri, saya merasa bangga ketika tahu ada berbagai unicorn baru di Indonesia seperti Bukalapak, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka. Kini setelah kembali pulang, perasaan saya pun tetap sama. Unicorn-unicorn ini adalah partner utama Google, dan mereka telah membangun layanan dan menciptakan lapangan pekerjaan yang tak hanya bermanfaat bagi jutaan orang di Indonesia, bahkan lebih.

Namun demikian, berselang satu tahun sejak saya pulang, ternyata saya juga melihat sisi lain dari transformasi digital yang sedang terjadi di Indonesia.

Saya telah melihat dampak teknologi terhadap pemilik usaha kecil seperti Sherly Santa, seorang bidan yang beralih profesi menjadi penjual pancake durian. Ia mengikuti pelatihan keterampilan digital melalui program Women Will dari Google, dan menggunakan berbagai solusi online untuk menemukan pelanggan, meningkatkan penjualan, dan mempekerjakan lebih banyak karyawan. Saya juga telah mendengar kisah-kisah inspiratif mengenai pemanfaatan teknologi untuk kemaslahatan orang banyak, seperti yang dilakukan oleh anggota Developer Student Club Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (DSC PENS), yang membuat aplikasi untuk memperingatkan warga desa setempat di Bojonegoro saat akan terjadi banjir. Dan saya pun dibuat terkesima oleh bakat yang luar biasa dari siswa-siswi yang masih duduk di bangku sekolah, seperti Celestine Wenardy, yang baru berusia 16 tahun tetapi sudah memenangkan penghargaan di Google Science Fair global untuk inovasinya dalam teknologi pemantauan gula darah.
Randy Jusuf, Managing Director Google Indonesia, membuka gelaran Google for Indonesia tahun keempat di Jakarta

Benang merahnya adalah bahwa fokusnya bukan pada teknologi itu sendiri, melainkan apa yang akan dilakukan manusia jika ia diberi kemampuan untuk memanfaatkan teknologi. Jika kita bicara mengenai “modal manusia” (human capital), itu bukanlah suatu konsep abstrak. Modal manusia akan tercipta jika manusia punya kesempatan untuk meningkatkan taraf kehidupannya, membangun usaha, atau menolong sesama.

Orang indonesia memiliki ambisi, kreativitas, dan semangat kewirausahaan yang sama seperti orang lain di dunia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta, Indonesia memiliki kumpulan talenta yang tidak dapat ditandingi oleh banyak negara lain. Tantangan yang kita hadapi saat ini adalah kesenjangan antara jumlah peluang yang diciptakan teknologi, dan tingkat keterampilan digital yang diperlukan untuk membuka peluang tersebut bagi sebanyak mungkin masyarakat Indonesia. Mengatasi kesenjangan itu adalah salah satu hal paling mendesak dan penting yang dapat kita lakukan untuk membentuk masa depan Indonesia yang kuat, dan menghindari “kesenjangan digital” yang dapat menghambat semua itu. 

Seperti yang dijelaskan dalam laporan eConomy terbaru, revolusi digital di Indonesia sudah berjalan baik, tetapi kita perlu melengkapinya dengan revolusi keterampilan.

Itu berarti melengkapi lebih banyak usaha kecil -- di semua sektor -- untuk bisa menggunakan internet, guna menumbuhkan penjualan dan ekspor. Itu berarti memperluas program pelatihan agar menjangkau mereka yang tertinggal, terutama kaum perempuan dan mereka yang tinggal di daerah. Itu berarti memberikan dukungan kepada para developer, engineer, dan para pendiri startup baru berikutnya yang sedang mewujudkan gagasan-gagasan besar untuk memajukan Indonesia di bidang teknologi. Itu berarti kita juga harus melakukan upaya ekstra untuk generasi masa depan: melatih dan membekali para guru dengan keterampilan ilmu komputer, sehingga pada gilirannya, mereka bisa mempersiapkan anak-anak kita untuk perubahan ekonomi. Dan, yang teramat sangat penting, semua itu harus kita lakukan dengan penuh tanggung jawab -- bahwa kita juga harus mengedukasi masyarakat tentang cara mengontrol data, melindungi privasi, dan mengidentifikasi misinformasi di internet.
Randy Jusuf menceritakan kisah Afifah Monalisa di acara Google for Indonesia, salah satu peserta kelas WomenWill di Padang yang telah berhasil memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan bisnisnya

Pada acara Google for Indonesia hari ini di Jakarta, kami mengumumkan berbagai inisiatif yang mencakup bidang ini, mulai dari memperluas jangkauan program keterampilan serta memberikan solusi baru untuk usaha kecil, menjalin kemitraan baru bersama Gojek, Tokopedia, dan Traveloka yang kami beri nama Bangkit untuk mendukung para developer, hingga inisiatif untuk melatih para jurnalis dan meningkatkan literasi media. Walau kami merasa bangga bahwa solusi kami digunakan oleh banyak orang di Indonesia untuk meningkatkan kehidupannya, kami menyadari bahwa kami bertanggung jawab untuk memastikan tidak ada lagi yang tertinggal. Dengan lebih dari satu juta orang Indonesia telah mengikuti program pelatihan yang didukung Google, kami melihat kemajuan yang baik dan hasil yang nyata. Namun demikian, kami tahu bahwa pekerjaan kami belum selesai. 

Membina Indonesia agar memiliki masa depan digital yang kuat memerlukan komitmen berkelanjutan dan banyak kemitraan akar rumput di seluruh penjuru negeri. Pembinaan ini perlu menggunakan pendekatan kreatif, yang dirancang bersama komunitas lokal. Perlu kerja sama yang harmonis antara perusahaan besar, UKM, pemerintah daerah, sektor pendidikan, dan LSM untuk mencapai tujuan bersama: yakni memberi kesempatan kepada setiap warga negara Indonesia untuk mendapatkan manfaat dari peluang pemberdayaan yang diciptakan oleh keterampilan digital.

Ini tantangan besar, tetapi saya tahu bahwa Indonesia bisa menghadapinya. Bersama-sama, kita dapat menumbuhkan ekonomi, memajukan inovasi, menciptakan lapangan kerja, dan bersaing dengan siapa pun di panggung global. Saya tidak sabar menantikan apa yang akan terjadi di masa depan, dan saya harap Google bisa ikut berperan untuk memastikan bahwa ketika Indonesia bergerak maju, kita semua juga ikut maju bersama.



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Scholarship Information :

Posting Terkini di e-Newsletter Disdik :

Arsitektur today :